Witing tresno jalaran soko kulino . . .
Setiap pertemuan selalu mempunyai cerita. Entah itu pertemuan yang bisa dianggap 'anugrah' atau dianggap sebagai 'pelajaran'.
Sama seperti ketika aku melihatmu. Awalnya kita bertemu, entah apa maksud Tuhan, setelah melihatmu, aku memikirkanmu. Setelah melihat dan memikirkan mu, aku kira itu biasa. Tapi aku tahu ini bukan hanya sekedar pertemuan biasa karna ada suatu pagi dimana aku terbangun dengan sebuah nama di pikiranku. Namamu.
Suka? mungkinkah? apa yang tidak mungkin di dunia. Tapi, terlalu banyak perbedaan diantara kita, dari segi umur, budaya, bahkan kita belum saling mengenal Jadi bagaimana mungkin aku menyukaimu? namun, aku menyadari satu hal, perbedaan bukanlah halangan untuk bersama. Bisa jadi perbedaan itulah yang menyatukan kita, atau mungkin menjadi penyebab yang memisahkan kita.
Cinta tumbuh, karna terbiasa bersama. . .
ungkapan inilah yang pas untuk saat ini, aku menyukaimu, karna aku terbiasa, terbiasa melihatmu, memikirkanmu,bertemu denganmu, bahkan mengobrol denganmu.
Semuanya berjalan begitu saja, Tuhan sudah menakdirkan jalannya, tapi mungkinkah ini jodoh?
Jodoh? bagiku, pertemuan kita adalah jodoh, tapi untuk terus bersama atau tidak, itu namanya takdir.
Aku pernah berharap kau adalah bumi, dan aku adalah bulannya. Gravitasi bumi tidak akan stabil jika tidak ada bulan. Tapi kenyataan berkata lain, aku adalah bumi dan kau adalah bulan nya.Aku yang merasa gelisah jika tak berada di dekatmu,aku yang merasa takut kehilangan bulanku.Sebagai bintang, aku tidak takut kehilangan bulan, tapi aku takut kehilangan cahaya bulan dan membuatku redup.
Perasaan itu tumbuh sendirinya seiring berjalannya waktu. Salahkah jika aku mempunyai harapan untuk bersama mu? karna aku masih yakin selalu ada jalan,kalau mau jalan. Bohong jika ada seseorang yang mengatakan cinta,tapi tidak ingin memiliki. Karna pada dasarnya, setiap perasaan ingin mendapat balasan yang setimpal, setiap harapan ingin menjadi kenyataan.
Terkadang aku berfikir, apalah arti diriku di matamu? Apakah aku bintang? yang jumlahnya sedemikian banyak sehingga kau, Bulan, tidak akan takut kehilangan bintang sepertiku. Aku tidak ingin menjadi seseorang yang keseringan menghitung bintang, sehingga aku kehilangan Bulan. Bagiku, kau berarti.
Aku pernah memintamu tinggal di hidupku, kubisikkan doa itu dengan lirih, kumohon agar Tuhan mengabulkannya. Tapi aku menyadari, tidak selalu yang kuharapkan adalah yang aku butuhkan. Tuhan tau, mana yang kita butuhkan, mana yang terbaik untuk kita. Jadi, salahkan perasaanku ini?
Lama kelamaan aku menyadari, bahwa diriku bagimu hanyalah semu. Memang kau menjadi Bulan seperti yang aku harapkan, tapi aku hanyalah umbra , aku hanyalah setitik bayangan yang ada di Bulan. Jadi, masihkah perasaaku yang bagimu hanya setitik ini salah?
Pernahkah kau menginginkan sesuatu tapi tidak bisa kaudapat? seperti itulah dirimu. Kau berada di dekatku, tapi aku tidak pernah bisa meraihmu. Karna aku hanyalah bayangan semu, ada, tapi tidak dihiraukan, atau mungkin sengaja diabaikan. Tapi aku mencoba mengikhlaskan, membiarkan sungai ini bermuara ke tempat semestinya, dan jika nanti kita tak kan bersama, aku tak akan memaksakan.
Aku hanya akan seperti daun yang jatuh tapi tak pernah membenci angin, angin yang memisahkan daun dari pohonnya, aku akan membiarkan diriku jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan aku jatuh sebagaimana mestinya, biarkan angin merengkuhku, membawaku entah kemana. (Tere Liye)
Aku tahu sejak awal, ombak hanya akan membawa kapal berlayar, bukan untuk mempertemukan pelaut , jadi jika ombak ini sudah berhenti, aku tahu aku harus kembali sendiri.
Semoga kau berbahagia seumur hidupmu :)
Sama seperti ketika aku melihatmu. Awalnya kita bertemu, entah apa maksud Tuhan, setelah melihatmu, aku memikirkanmu. Setelah melihat dan memikirkan mu, aku kira itu biasa. Tapi aku tahu ini bukan hanya sekedar pertemuan biasa karna ada suatu pagi dimana aku terbangun dengan sebuah nama di pikiranku. Namamu.
Suka? mungkinkah? apa yang tidak mungkin di dunia. Tapi, terlalu banyak perbedaan diantara kita, dari segi umur, budaya, bahkan kita belum saling mengenal Jadi bagaimana mungkin aku menyukaimu? namun, aku menyadari satu hal, perbedaan bukanlah halangan untuk bersama. Bisa jadi perbedaan itulah yang menyatukan kita, atau mungkin menjadi penyebab yang memisahkan kita.
Cinta tumbuh, karna terbiasa bersama. . .
ungkapan inilah yang pas untuk saat ini, aku menyukaimu, karna aku terbiasa, terbiasa melihatmu, memikirkanmu,bertemu denganmu, bahkan mengobrol denganmu.
Semuanya berjalan begitu saja, Tuhan sudah menakdirkan jalannya, tapi mungkinkah ini jodoh?
Jodoh? bagiku, pertemuan kita adalah jodoh, tapi untuk terus bersama atau tidak, itu namanya takdir.
Aku pernah berharap kau adalah bumi, dan aku adalah bulannya. Gravitasi bumi tidak akan stabil jika tidak ada bulan. Tapi kenyataan berkata lain, aku adalah bumi dan kau adalah bulan nya.Aku yang merasa gelisah jika tak berada di dekatmu,aku yang merasa takut kehilangan bulanku.Sebagai bintang, aku tidak takut kehilangan bulan, tapi aku takut kehilangan cahaya bulan dan membuatku redup.
Perasaan itu tumbuh sendirinya seiring berjalannya waktu. Salahkah jika aku mempunyai harapan untuk bersama mu? karna aku masih yakin selalu ada jalan,kalau mau jalan. Bohong jika ada seseorang yang mengatakan cinta,tapi tidak ingin memiliki. Karna pada dasarnya, setiap perasaan ingin mendapat balasan yang setimpal, setiap harapan ingin menjadi kenyataan.
Terkadang aku berfikir, apalah arti diriku di matamu? Apakah aku bintang? yang jumlahnya sedemikian banyak sehingga kau, Bulan, tidak akan takut kehilangan bintang sepertiku. Aku tidak ingin menjadi seseorang yang keseringan menghitung bintang, sehingga aku kehilangan Bulan. Bagiku, kau berarti.
Aku pernah memintamu tinggal di hidupku, kubisikkan doa itu dengan lirih, kumohon agar Tuhan mengabulkannya. Tapi aku menyadari, tidak selalu yang kuharapkan adalah yang aku butuhkan. Tuhan tau, mana yang kita butuhkan, mana yang terbaik untuk kita. Jadi, salahkan perasaanku ini?
Lama kelamaan aku menyadari, bahwa diriku bagimu hanyalah semu. Memang kau menjadi Bulan seperti yang aku harapkan, tapi aku hanyalah umbra , aku hanyalah setitik bayangan yang ada di Bulan. Jadi, masihkah perasaaku yang bagimu hanya setitik ini salah?
Pernahkah kau menginginkan sesuatu tapi tidak bisa kaudapat? seperti itulah dirimu. Kau berada di dekatku, tapi aku tidak pernah bisa meraihmu. Karna aku hanyalah bayangan semu, ada, tapi tidak dihiraukan, atau mungkin sengaja diabaikan. Tapi aku mencoba mengikhlaskan, membiarkan sungai ini bermuara ke tempat semestinya, dan jika nanti kita tak kan bersama, aku tak akan memaksakan.
Aku hanya akan seperti daun yang jatuh tapi tak pernah membenci angin, angin yang memisahkan daun dari pohonnya, aku akan membiarkan diriku jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan aku jatuh sebagaimana mestinya, biarkan angin merengkuhku, membawaku entah kemana. (Tere Liye)
Aku tahu sejak awal, ombak hanya akan membawa kapal berlayar, bukan untuk mempertemukan pelaut , jadi jika ombak ini sudah berhenti, aku tahu aku harus kembali sendiri.
Semoga kau berbahagia seumur hidupmu :)
Komentar
Posting Komentar